Minggu, 04 September 2016

CARA-CARA PEMBERIAN OBAT

Kali ini kita akan membahas tentang Cara Pemberian Obat


Apa yang dimaksud cara pemberian obat ??
Cara pemberian obat ditentukan terutama oleh sifat-sifat obat (misalnya, air atau kelarutan lipid, ionisasi, dll) dan dengan tujuan terapi (misalnya, keinginan onset cepat tindakan atau kebutuhan untuk administrasi jangka panjang atau pembatasan untuk situs lokal).  Ada dua rute utama dari pemberian obat, enteral dan parenteral.

Apa tujuan pemberian obat ??
  • Untuk membantu mengurangi atau menghilangkan rasa tidak nyaman seperti halnya nyeri pada seseorang.
  • Efek samping dari obat dapat diminimalisasi sedikit mungkin.
  • Menyembuhkan penyakit seseorang. Harus diberikan kepada orang yang berkompeten dalam hal ini adalah pihak medis.
Siapa yang biasanya memberitahu cara pemberian obat ??
Peran Apoteker dalam Pengobatan
Apoteker secara resmi bertanggung jawab atas pasokan dan distribusi obat.selain itu apoteker bertanggung jawab atas pembuatan sejumlah besar produk farmasi seperti larutan antiseptik, dan lain-lain.
Peran penting lainnya adalah sebagai narasumber informasi obat. Apoteker bekerja sebagai konsultan spesialis untuk profesi kedokteran, dan dapat memberi nasehat kepada staf keperawatan dan profesi kesehatan lain mengenai semua aspek penggunaan obat, dan memberi konsultasi kepada pasien tentang obatnya bila diminta.

Peran Perawat/Bidan
Karena obat dapat menyembuhkan atau merugikan pasien, maka pemberian obat menjadi salah satu tugas perawat/bidan yang paling penting. Perawat/bidan adalah mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada pasien. Perawat/bidan yang bertanggung jawab bahwa obat itu diberikan dan memastikan bahwa obat itu benar diminum.
Bila ada obat yang diberikan kepada pasien, hal itu harus menjadi bagian integral dari rencana keperawatan/kebidanan. Perawat/bidan yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon pasien terhadap pengobatan. Misalnya, pasien yang sukar menelan, muntah atau tidak dapat minum obat tertentu (dalam bentuk kapsul). Faktor gangguan visual, pendengaran, intelektual atau motorik, yang mungkin menyebabkan pasien sukar makan obat, harus dipertimbangkan.
Rencana perawatan harus mencangkup rencana pemberian obat, bergantung pada hasil pengkajian, pengetahuan tentang kerja dan interaksi obat, efek samping, lama kerja, dan program dokter.
Bagaimana efek dari pemberian obat ??
 MACAM – MACAM EFEK
Cara pemberian obat akan menentukan kecepatan dan banyak obat dapat diabsorpsi dan efek yang diperoleh, yaitu :
1.      Efek Sistemik, yaitu obat beredar ke seluruh tubuh melalui aliran darah.
2.      Efek local, yaitu efek hanya setempat di mana obat digunakan.

Bagaimana saja proses pemberian obat ??
Pemberian obat yang menghasilkan efek sistematik, sebagai berikut :
1. Oral
     Memberikan obat melalui mulut memberikan banyak keuntungan kepada pasien; obat oral yang mudah diri dikelola dan membatasi jumlah infeksi sistemik yang dapat mempersulit pengobatan. Di sisi lain, jalur yang terlibat dalam penyerapan obat yang paling rumit, dan obat terkena gastrointestinal yang keras (GI) lingkungan yang mungkin membatasi penyerapan 
Beberapa obat diserap dari perut.; Namun, duodenum adalah situs utama masuk ke sirkulasi sistemik karena permukaan serap yang lebih besar.
     Kebanyakan obat diserap dari saluran pencernaan memasuki sirkulasi portal dan menemukan hati sebelum didistribusikan ke sirkulasi umum. Obat ini mengalami metabolisme lintas pertama di hati, di mana mereka dapat secara ekstensif dimetabolisme sebelum memasuki sirkulasi sistemik.

     Obat yang menunjukkan tinggi metabolisme lintas pertama harus diberikan dalam jumlah yang cukup untuk memastikan bahwa cukup obat aktif mencapai organ target. Konsumsi obat dengan makanan, atau dalam kombinasi dengan obat lain, dapat mempengaruhi penyerapan. Kehadiran makanan di perut menunda pengosongan lambung, sehingga obat yang hancur oleh asam (misalnya, penisilin) ​​menjadi tidak tersedia untuk penyerapan.
Contoh gambar pemberian obat secara per oral:


2. Oromukosal
     Pemberiannya melalui mukosa di rongga mulut, ada dua macam cara yaitu :
Sublingual / bukal
Rute bukal / sublingual administrasi terkait erat dengan rute oral; Namun, dalam bukal rute / sublingual bentuk sediaan tidak tertelan. Tablet ini harus dibubarkan bawah lidah (sublingual) atau di kantong pipi (bukal). Obat-obatan diberikan dengan cara ini dengan cepat diserap dan memiliki keuntungan dari melewati saluran pencernaan. Nitrogliserin, untuk pasien jantung, di tablet bentuk lebih mungkin obat sublingual yang paling sering diberikan. penempatan di bawah lidah memungkinkan obat untuk berdifusi de dalam jaringan kapiler dan, untuk memasuki sirkulasi sistemik langsung. cara pemberian ini memberikan beberapa keunggulan yaitu penyerapan cepat, kenyamanan pembarian, terjadinya infeksi, dan menghindari metabolisme lintas pertama.
Contoh cara pemberian sublingual/bukal:
sublingual:                                                   bukal:




3. Injeksi
     Pemberian obat secara parenteral (di luar usus) biasanya dipilih bila diinginkan efek yang cepat, kuat dan lengkap atau untuk obat yang merangsang atau dirusak getah lambung (hormon) atau tidak diresorpsi usus (streptomisin), begitu pula pada pasien yang tidak sadar atau tidak mau bekerja sama. Keberatannya adalah lebih mahal dan nyeri, sukar digunakan oleh pasien sendiri. Selain itu harus steril dan dapat merusak pembuluh atau saraf jika tempat suntikan tidak dipilih dengan tepat. Injeksi dapat dibedakan menjadi beberapa rute:

Subkutan (s.c), atau hipodermal = di bawah kulit. Yaitu disuntikkan ke dalam tubuh melalui bagian yang sedikit lemaknya dan masuk ke dalam jaringan di bawah kulit yang dapat dilakukan hanya dengan obat yang tidak merangsang dan tidak melarut baik dalam air atau minyak. Mudah dilakukan sendiri misalnya insulin.

Intrakutan, (=di dalam kulit), absorpsi sangat lambat, misalnya injeksi tuberkulin dari Mantoux.

Intramuskular (i.m.), yaitu disuntikkan ke dalam jaringan otot, umumnya di otot pantat atau paha.

Intravena (i.v.), yaitu disuntikkan ke dalam pembuluh darah. Menghasilkan efek tercepat, dalam waktu 18 detik yaitu waktu 1 peredaran darah, obat sudah tersebar di seluruh jaringan tubuh.

Intra-arteri, Injeksi ke pembuluh nadi adakalanya dilakukan untuk “membanjiri” suatu organ, misalnya hati, dengan obat yang sangat cepat diinaktifkan atau terikat pada jaringan, misalnya obat kankernitrogenmustard

Intralumbal, yaitu disuntikkan ke antara ruas tulang belakang pinggang

Intraspinal, yaitu disuntikkan ke dalam sumsum tulang belakang.

Intraperitonial, yaitu disuntikkan ke dalam ruang selaput perut.

Intrapleural, yaitu disuntikkan ke dalam ruang selaput dada

Intracardial, yaitu disuntikkan langsung ke jantung

Intraartikular, yaitu disuntikkan ke dalam sendi.

Intradermal, yaitu disuntikkan ke dalam kulit.

Contoh pemberian secara injeksi :
Siapa sajakah yang memerlukan atau membutuhkan injeksi ??

Entah hanya sebuah suggesti/keyakinan atau memang benar ada khasiat nyata bagi kesehatan mereka ketika dokter memberikan suntikan tersebut. Terlepas dari itu, bisa dibilang saat ini jarang dokter yang memberikan suntikan pada pasien berobat jalannya, karena dengan pemberian obat oral (telan) saja sudah cukup. Namun bagi dokter yang berpraktek didaerah seperti saya masih sering bertemu dengan pasien-pasien yang belum merasa puas jika tidak disuntik. Sementara kondisi penyakit pasien sendiri sebenarnya tidak memerlukan obat suntikan secara masih bisa menelan obat. Dalam memberikan obat suntik, sebenarya dokter juga tidak boleh sembarangan. Ada beberapa kondisi / indikasi yang menyebabkan pasien memerlukan pengobatan dalam bentuk suntikan.
Bisanya injeksi diberikan kepada pasien yang memerluka efek obat yang cepat seperti kejang-kejang atau jantung.


4. Implan
     memasukkan obat yang berbentuk pellet steril (tablet silindris kecil) ke bawah kulit dengan menggunakan suatu alat khusus (trocar). Obat ini terutama digunakan untuk efek sistemis lama, misalnya hormon kelamin (estradiol dan testosterone). Akibat resorpsi yang lambat, satu pellet dapat melepaskan zat aktifnya secara teratur selama 3-5 bulan lamanya. Bahkan, kini terdapat implantasi obat anti-hamil dengan lama kerja 3 tahun (implanon).
Contoh pembeian secara impan :


5. Rektal 
     Rektal adalah pemberian obat melalui rectum (dubur) yang layak untuk obat yang merangsang atau yang diuraikan oleh asam lambung, biasanya dalam bentuk suppositoria, kadang-kadang sebagai cairan (klisma) dan lavemen. Efek sistemis yang dihasilkan lebih cepat dan lebih kuat disbanding per oral sebab vena-vena bawah dan tengah berhubungan langsung dengan vena porta dan obat tidak melalui hati pada peredaran darah pertama sehingga tidak mengalami FPE (First Pass Effect ).
    Lima puluh persen dari drainase wilayah dubur melewati sirkulasi portal; dengan demikian, biotransformasi obat oleh hati diminimalkan. Seperti rute sublingual administrasi, rute rektal administrasi memiliki keuntungan tambahan untuk mencegah penghancuran obat oleh enzim usus atau dengan pH rendah di perut. dubur The rute ini juga berguna jika obat menginduksi muntah saat diberikan secara oral, jika pasien sudah muntah, atau jika pasien tidak sadar. Di sisi lain, penyerapan dubur sering tidak menentu dan tidak lengkap, dan banyak obat mengiritasi mukosa dubur.
 Contoh pemberian secara rektal :











6. Transdermal
     rute ini administrasi mencapai efek sistemik oleh aplikasi obat untuk kulit, biasanya melalui sebuah patch transdermal  Tingkat penyerapan dapat sangat bervariasi, tergantung pada karakteristik fisik dari kulit di lokasi aplikasi.  rute ini paling sering digunakan untuk pengiriman berkelanjutan obat, seperti nitroglycerin antiangina obat, skopolamin antiemetik, dan sekali-a-minggu kontrasepsi Patch (Ortho Evra) yang memiliki khasiat mirip dengan pil KB oral. 
Contoh pemberian secara transdermal:


Sedangkan pemberian obar yang menghasilkan efek lokal adalah :

1. Kulit (per kulit)
     Untuk mengatasi gangguan pada kulit, obat yang digunakan berupa salep, krem, atau lotion. Kulit yang sehat dan utuh sulit sekali ditembus oleh obat tetapi lain halnya jika terjadi kerusakan. Salep dan linimen (obat gosok) digunakan pula untuk meringankan rasa nyeri atau kaku otot setempat akibat rematik atau gangguan lain. Obat ini biasanya mengandung analgetika (metal salisilat, diklofenak, benzidamin, fenilbutazon), dan zat terbang (mentol, kamfer, minyak permen, minyak kayu putih). Cara terbaru adalah dengan menggunakan plester yang diletakkan pada kulit atau transdermal, yang sebaiknya diletakkan pada bagian dalam pergelangan tangan, di belakang telinga, atau tempat lain dengan kulit tipis yang mengandung banyak pembuluh.
Contoh pemberian pada kulit :

Bagaimana teknik pemberian obat pada kulit ??
Teknik Pemberian obat pada kulit (dermatologis)
Obat dapat diberikan pada kulit dengan cara digosokkan, ditepukkan, disemprotkan, dioleskan dan iontoforesis (pemberian obat pada kulit dengan listrik).Prinsip kerja pemberian obat pada kulit antara lain meliputi:
a)      Gunakan teknik steril bila ada luka pada kulit.
b)      Bersihkan kulit sebelum memberikan obat (bahan pembersih ditentukan oleh dokter).
c)      Ambil  obat kulit dari tempatnya dengan batangh spatel lidah dan bukan dengan tangan.
d)     Bila obat perlu digosok, gunakan tekanan halus.
e)      Oleskan obat tipis-tipis kecuali ada petunjuk lain.
f)       Obat dalam bentuk cair harus diberikan dengan aplikator.
g)      Bila digunakan kompres atau kapas lembab maka pelembab harus steril.
h)      cek instruksi dokter untuk memastikan nama obat, daya kerja dan tempat pemberian.
i)         Cuci tangan
j)        Atur peralatan disamping tempat tidur klien
k)      Tutup gorden atau pintu ruangan
l)        Identifikasi klien secara tepat
m)    Posisikan klien dengan tepat dan nyaman, pastikan hanya membuka area yang akan diberi obat
n)      Inspeksi kondisi kulit. Cuci area yang sakit, lepaskan semua debris dan kerak pada kulit
o)      Keringkan atau biarkan area kering oleh udara
p)      Bila kulit terlalu kering dan mengeras, gunakan agen topical
q)      Gunakan sarung tangan bila ada indikasi
r)       Oleskan agen topical 

2. Inhalasi
    Gas, zat terbang atau larutan seringkali diberikan sebagai inhalasi (aerosol), yaitu obat yang disemprotkan ke dalam mulut dengan alat aerosol. Semprotan obat dihirup dengan udara dan resorpsi terjadi oleh mukosa mulut, tenggorokan, dan saluran nafas. Tanpa melalui hati, obat akan masuk ke peredaran darah dan menghasilkan efek. Yang digunakan sebagai inhalasi adalah anestetika umum (eter, halotan) dan obat-obat asma (adrenalin, isoprenalin, budesonida, dan beklometason). Apabila sesudah mengunakan alat ini sebaiknya berkumur-kumur agar tidak terjadi infeksi pada rongga mulut, atau tumbuhnya jamur.
Contoh pemberian obat inhalasi:

3. Mukosa mata dan telinga 

Pemberian obat melalui mata adalah memberi obat kedalam mata berupa cairan dan salep.
 Tujuan pemberian obat pada mata
a) Untuk mengobati gangguan pada mata
b) Untuk mendilatasi pupil pada pemeriksaan ‘struktur internal mata
c) Untuk melemahkan otot lensa mata pada pengukuran refraksi mata
d) Untuk mencegah kekeringan pada mata.
Tujuan pemberian obat pada telinga;
a) Untuk memberikan effek terapi lokal (mengurangi peradangan, membunuh organisme penyebab infeksi pada kanal telinga eksternal)
b) Menghilangkan nyeri
 Pengertian
        Memberikan obat pada telinga melalui kanal eksternal, dalam bentuk cair.

Contoh pemberian obat pada mata dan telinga :

4. Intravaginal
     Untuk mengatasi gangguan pada vagina dapat diberikan salep, tablet atau ovula yang dimasukkan ke dalam vagina dan melarut disitu. Contohnyametronidazol dan pimarisin pada vaginitis akibat parasit trichomonas dan candida. Obat dapat pula digunakan sebagai cairan pembilas.
Contoh pemberian obat intravaginal :

5. Intanasal 
     
     Rute ini melibatkan pemberian obat secara langsung ke dalam hidung. Agen meliputi dekongestan hidung seperti anti inflamasi mometason furoat kortikosteroid. Desmopressin diberikan intranasal dalam pengobatan diabetes insipidus;. salmon kalsitonin, hormon peptida yang digunakan dalam pengobatan osteoporosis, juga tersedia sebagai semprot hidung. Obat disalahgunakan, kokain, umumnya diambil oleh intranasal sniffing.
Contoh pemberian obat intranasal:




Apa saja prinsip pemberian obat ??
1. Benar Pasien
Obat yang akan diberikan hendaknya benar pada pasien yang diprogramkan dengan cara mencocokkan program pengobatan pada pasien, nama, nomor register, alamat untuk mengidentifikasi kebenaran obat. Hal ini penting untuk membedakan dua klien dengan nama yang sama, karena klien berhak untuk menolak penggunaan suatu obat, dan klien berhak untuk mengetahui alasan penggunaan suatu obat.
2. Benar Obat
Obat memiliki nama dagang dan nama generik dan pasien harus mendapatkan informasi tersebut atau menghubungi apoteker untuk menanyakan nama generik dari nama dagang obat yang asing. Jika pasien meragukan obatnya, maka perawat harus memeriksanya lagi dan perawat harus mengingat nama dan obat kerja dari obat yang diberikan. Sebelum mempersiapkan obat ke tempatnya, perawat harus memperhatikan kebenaran obat sebanyak 3 kali yaitu saat mengembalikan obat ke tempat penyimpanan, saat obat diprogramkan, dan ketika memindahkan obat dari tempat penyimpanan obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi.
3. Benar Dosis
Untuk menghindari kesalahan pemberian obat dan agar perhitungan obat benar untuk diberikan kepada pasien maka penentuan dosis harus diperhatikan dengan menggunakan alat standar seperti alat untuk membelah tablet, spuit atau sendok khusus, gelas ukur, obat cair harus dilengkapi alat tetes. Beberapa hal yang harus diperhatikan:
4. Benar Cara Pemberian
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda dan rute obat yang diberikan diantaranya inhalasi, rektal, topikal, parenteral, sublingual, peroral. Faktor yang menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh tempat kerja obat yang diinginkan, sifat fisik dan kimiawi obat, kecepatan respon yang diinginkan, dan keadaan umum pasien.
5. Benar Waktu
Untuk dapat menimbulkan efek terapi dari obat dan berhubungan dengan kerja obat itu sendiri, maka pemberian obat harus benar-benar sesuai dengan waktu yang diprogramkan. Beberapa hal yang harus diperhatikan sesuai dengan prinsip benar waktu yaitu:
6. Benar Dokumentasi
Pemberian obat harus sesuai dengan standar prosedur yang berlaku di rumah sakit. Perawat harus selalu mencatat informasi yang sesuai mengenai obat yang telah diberikan serta respon klien terhadap pengobatan. Perawat harus mendokumentasikan kepada siapa obat diberikan, waktunya, rute, dan dosis setelah obat itu diberikan

Mengapa kita harus mengetahui cara pemberian obat ??
     Kesalahan pemberian obat, selain memberi obat yang salah, mencakup faktor lain yang mengubah terapi obat yang direncanakan, misalnya lupa memberi obat, memberi obat dua sekaligus sebagai kompensasi, memberi obat yang benar pada waktu yang salah, atau memberi obat yang benar pada rute yang salah.
     Jika terjadi kesalahan pemberian obat, perawat yang bersangkutan harus segera menghubungi dokternya atau kepala perawat atau perawat yang senior segera setelah kesalahan itu diketahuinya.


Mengapa pasien tidak patuh dalam meminum obatnya ??

  1. Kurang pahamnya pasien terhadap tujuan pengobatan itu.
  2. Tidak mengertinya pasien tentang pentingnya mengikuti aturan pengobatan yang ditetapkan sehubungan dengan prognosisnya.
  3. Sukarnya memperoleh obat tersebut di luar rumah sakit.
  4. Mahalnya harga obat.
  5. Kurangnya kepedulian dan perhatian keluarga yang mungkin bertanggungjawab atas pemberian obat itu kepada pasien.
Mengapa pemberian obat dapat mempengaruhi khasiat obat ??

     Karena obat yang kita konsumsi akan berpengaruh terhadap tubuh yang menerima obat tersebut. Sehingga obat tersebut dapat menyembuhkan (jika dosis dan pemberiannya benar) dan dapat pula sebagai racun (apabila pemberian atau dosisnya tidak sesuai).

Kapan efek obat akan terasa atau bereaksi ??

Efek suatu obat tidak selalu muncul seketika, kadang butuh jeda beberapa saat sejak waktu pemberian. Ada jenis obat yang memberikan efek sangat cepat, ada juga yang harus ditunggu sampai berjam-jam sampai benar-benar terasa khasiatnya.

Banyak faktor yang mempengaruhi kecepatan aksi obat, antara lain ukuran partikel dan kondisi individual si pasien. Namun di antara berbagai faktor tersebut, jenis sediaan obat dan cara pemberian paling menentukan seberapa cepat obat bisa memberikan efek pada pasien.

Dimana obat akan diproses di dalam tubuh ??

Pada proses absorpsi terjadi pada usus, kemuadian didistribusikan oleh darak menuju ke liver (hati) untuk dimetabolisme, dan nantinya akan diekskresi oleh ginjal.

Sekian penjelasan kami tentang Cara Pemberian Obat, apabila ada kesalahan dalam penulisan ataupun yang lainnya. Kami mohon maaf.

Sumber :